Kota Malang - Komunitas MARAPAIMA dan Ecoton telah melakukan penelitian mikroplastik dalam darah, urin, dan amnion dalam tubuh manusia. Peneliti tersebut yaitu Amalia Putri Kurniawati, Marshanda Rachma Maulida dan Muhammad Alvin Alvianto, mahasiswa Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang (Kesmas UM).
“Dalam darah ditemukan 88 partikel dari 26 sampel (didominasi jenis fragmen), lalu pada amnion sebanyak 107 partikel/ 11 sampel (didominasi jenis fiber), serta pada urin sebanyak 52 partikel/ 9 sampel (didominasi jenis fiber)” Ungkap Alvin Alvinato, Jumat (25/7).
Lebih lanjut mahasiswa Semeter 6 Kesmas UM ini menjelaskan bahwa sampel darah, urin dan amnion terkontaminasi PET (polietilena tereftalat) yang merupakan penyusun kemasan Air Minum, Padahal PET mampu menembus selaput darah-otak dan berimplikasi pada penurunan kognitif serta risiko demensia.
Mikroplastik masuk ke tubuh melalui udara, makanan, dan kulit, dengan estimasi 53.700 partikel terhirup per orang/tahun, dan berpotensi merusak sel, hormon, serta membahayakan janin.
Krisis ini makin serius karena lebih dari 16.000 bahan kimia menyusun plastik, termasuk BPA yang bersifat toksik dan mengganggu hormon.
Kota Malang kini di ambang krisis sampah plastik. Setiap hari kota ini memproduksi rata-rata 778,34 ton sampah, di mana plastik menyumbang 13,7 % setara lebih dari 106 ton limbah plastik per hari yang terus menumpuk di TPA Supit Urang.
Terkait hal tersebut upaya pemerintah kota Malang telah menerbitkan Surat Edaran Wali Kota Malang No. 8/2021 dan harus diikuti langkah nyata seperti pengawasan ketat, insentif untuk pelaku usaha, atau sanksi bagi yang melanggar, sehingga sektor kafe dan UMKM tidak bergantung pada kemasan sekali pakai.
Apabila efektivitas penanganan plastik ini tidak maksimal, maka akan menambah akumulasi sampah plastik, mengancam kebersihan dan kesehatan masyarakat, dan menuntut perubahan kebijakan yang jauh lebih tegas dan komprehensif.
Proses penyerapan mikroplastik ke dalam darah manusia dimulai dari saluran pencernaan dengan tahapan beberapa tahapan, yaitu Opsonisasi, proses protein membungkus permukaan mikroplastik (vesikel), agar mampu melewati lapisan mukus, yaitu lendir pelindung pada dinding usus yang menjadi penghalang awal terhadap zat asing.
Absorbsi, proses penyerapan mikroplastik oleh usus halus, tempat utama penyerapan zat dalam tubuh. Proses masuk mikroplasti, Transitosis, proses yang terjadi melalui beberapa mekanisme oleh sel usus, celah antar sel (paracellular transport), atau ditangkap oleh sel imun (M cells, makrofag, dan sel fagosit migran).
Eksositosis, proses masuknya mikroplastik melewati lapisan mukus, yaitu lendir pelindung pada dinding usus yang menjadi penghalang awal terhadap zat asing dengan melepaskan vesikel ke dalam jaringan di bawah lapisan usus, lalu masuk ke pembuluh darah kapiler dan terbawa oleh aliran darah serta tersebar ke organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan hati).
Mikroplastik berdampak serius pada berbagai organ manusia. Di paru-paru, partikel ini dapat menumpuk akibat gravitasi, merusak epitel, memicu inflamasi, serta meningkatkan risiko asma, bronkitis kronis, emfisema, hingga kanker paru.
Pada sistem saraf pusat, jenis PE dan PET mampu menembus sawar darah-otak, menurunkan daya ingat dan konsentrasi, serta dikaitkan dengan demensia, depresi, dan kecemasan.
Dalam sistem reproduksi, mikroplastik yang ditemukan di air mani, testis, cairan folikel, dan endometrium menurunkan kualitas sperma, mengganggu hormon FSH, dan membahayakan kesuburan serta perkembangan embrio.
Selama 50 tahun terakhir, kualitas air mani pria global menurun, sementara mikroplastik juga merusak fungsi ovarium dan keseimbangan hormon.
Dinda Auliyatus Saidah, Nabilatun Nasaroh dan Paksi Samudro, mahasiswa Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang, menjelaskan bahwa mikroplastik terdeteksi dalam plasenta, urin, dan cairan ketuban, menimbulkan stres oksidatif, gangguan hormonal, dan kerusakan DNA janin.
Dalam saluran pencernaan, mikroplastik masuk lewat makanan dan menetap di usus, lambung, hati, serta pankreas, menyebabkan inflamasi, resistensi insulin, dan dikaitkan dengan kanker pankreas.
Di sistem kardiovaskular, mikroplastik menyebabkan peradangan, gangguan pembekuan, aritmia, apoptosis sel jantung, dan fibrosis, sehingga meningkatkan risiko gagal jantung dan stroke.(asa)
0 Comments